Kain Tenun Ikat : Daya Tarik Dayak Desa Ensaid Panjang

Ensaid Panjang, Kabupaten Sintang, tenun ikat, Dayak, Iban

  • Kain tenun ikad Ensaid. Dok. Lyn M.

SINTANG NEWS : Kain tenun merupakan hasil seni dan budaya suku Dayak di Desa Ensaid Panjang, Kabupaten Sintang. 

Proses kreatif dimulai dengan pemilihan bahan baku utama, yaitu serat kapas. Dahulu kala, masyarakat Dayak  memanfaatkan bahan kain tenun lokal yang berkualitas baik. Dari semaca nenas hutan, yang benangnya sangat baik.

Setelah bahan kain dipanen, langkah berikutnya adalah mencuci dan memutihkannya untuk menghilangkan kotoran dan noda. Serat benang yang bersih kemudian dicelupkan ke dalam zat pewarna alami yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. 

Proses pembuatan kain tenun ikat ini bukan hanya sekadar memberikan warna pada benang kapas, tetapi juga mengandung makna filosofis yang mendalam.

Benang yang telah diwarnai kemudian dipintal dengan tangan oleh penenun berpengalaman. Mereka menggabungkan benang-benang ini sesuai dengan pola desain yang telah dirancang. Pola-pola ini mencerminkan nilai-nilai budaya, mitos, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.

Baca 4 Obyek Wisata Bukit Kelam

Langkah berikutnya adalah proses ikat, di mana benang kapas diikat sesuai dengan pola yang telah dirancang. Proses ini adalah kunci dalam menciptakan kain tenun ikat yang unik dan berharga.

Setelah benang diikat, mereka ditenun dengan menggunakan alat tenun tradisional. Proses ini memerlukan keterampilan dan ketelitian tinggi karena penenun harus memastikan bahwa pola yang diinginkan terbentuk dengan baik.

Kain tenun ikat yang telah selesai ditenun akan dijemur untuk mengeringkannya. Setelah kering, kain tersebut akan melalui proses finishing seperti pemotongan tepi dan penyelesaian detail lainnya.

Filosofi dalam kain tenun ikat Desa Ensaid Panjang mencerminkan hubungan erat antara manusia dan alam sekitarnya. Pola-pola pada kain tenun menggambarkan makna-makna spiritual, mitos, dan nilai-nilai budaya Dayak. 

Keunggulan bersaingnya terletak pada proses pembuatan tenun ikat Dayak asli masih tetap mengandalkan bahan benang dan pewarna alami yang berasal dari tumbuhan, dan seluruh proses ini dilakukan dengan metode tradisional yang disebut sebagai kain besuoh.
 Beberapa motif mungkin menggambarkan alam, hewan, atau tanaman yang penting dalam kehidupan sehari-hari suku Dayak. Kain tenun ikat ini juga sering digunakan dalam upacara adat dan memiliki makna sakral dalam kehidupan masyarakat Dayak.

Potensi kain tenun ikat Desa Ensaid Panjang sangat besar. Selain sebagai produk budaya yang berharga, kain tenun ini juga dapat mendukung pariwisata berkelanjutan di Kabupaten Sintang. Wisatawan dapat tertarik untuk memahami proses pembuatan kain tenun, memahami filosofi di balik desainnya, dan membeli produk kain tenun sebagai oleh-oleh. 

Baca Senentang Agro Wisata

Produksi kain tenun juga dapat menjadi sumber penghasilan utama bagi masyarakat lokal, membantu menjaga keberlanjutan budaya Dayak, dan sejalan dengan kesadaran lingkungan karena menggunakan bahan alami dan tidak mencemari lingkungan.

Kain tenun ikat Ensaid memiliki keunikan tersendiri dalam desain, warna, dan filosofi yang diwujudkan dalam setiap kain. Setiap motif mungkin menggambarkan cerita, mitos, atau nilai budaya Dayak yang menarik bagi pembeli yang mencari karya seni yang otentik dan berharga. Pastikan kualitas produksi tetap tinggi, sehingga kain tenun tersebut awet dan tahan lama.

Yang khas, dan menjadi daya tarik wisata rumah panyai Ensaid ini adalah cerita tentang proses pembuatan kain tenun ikat, termasuk langkah-langkah yang terlibat, peran komunitas Dayak dalam melestarikan warisan budayanya, dan dampak positif yang dibawa oleh pembelian kain tenun ini kepada masyarakat lokal.

Motif kain tenun ini bermacam-macam. Semuanya dilakukan dengan manual.

Semua langkah menhasilkan tenun ikat Ensaid ini dilakukan secara manual dengan menggunakan alat tenun tradisional yang terbuat dari kayu dan bambu, yang dikenal sebagai 'gedokan'. 

Dalam proses pembuatan selembar kain berukuran kebat atau tating (seukuran taplak meja), biasanya diperlukan waktu sekitar satu bulan. Namun, jika tujuan adalah membuat kain berukuran kumbu (seukuran selimut), prosesnya dapat memakan waktu hingga enam bulan.

Motif-motif yang digunakan dalam kain tenun ikat Ensaid memiliki nuansa yang kuat dalam tradisi dan inspirasi yang berasal dari lingkungan sekitar masyarakat Sintang. 

Baca 3 Wisata Danau Di Sintang Yang Sangat Indah Alamnya

Motif-motif ini sering kali terinspirasi oleh elemen-elemen seperti tumbuhan, hewan, sungai, hutan, dan lain sebagainya yang menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat Ensaid, Sintang. 

Uniknya, motif-motif ini telah diwariskan turun-temurun dari generasi pengerajin tua ke generasi pengerajin muda. Meskipun terkadang motif-motif baru muncul, namun gaya motifnya tetap berakar pada tradisi yang telah ada sebelumnya, sehingga tidak terlalu berbeda dengan motif-motif yang telah ada sebelumnya yang memiliki karakter yang sangat tradisional.

Keunggulan produk tradisional
Apa k
eunggulan produk tradisional yang menjadi nilai jual tenun ikat Ensaid Panjang?

Keunggulan bersaingnya terletak pada proses pembuatan tenun ikat Dayak asli masih tetap mengandalkan bahan benang dan pewarna alami yang berasal dari tumbuhan, dan seluruh proses ini dilakukan dengan metode tradisional yang disebut sebagai kain besuoh. 

Pewarnaan kain ini menggunakan berbagai jenis bahan alami seperti daun, akar, batang, kulit, buah, umbi, dan biji yang diambil dari tumbuhan. Contohnya, bahan-bahan seperti mengkudu, jerenang, daun kayu leban, bunga tarum, dan sejenisnya sering digunakan. 

Di sisi lain, kain tenun ikat modern menggunakan benang yang sudah jadi. Di samping menggunakan bahan pewarna kimia tanpa memperhatikan prosedur adat yang dikenal dengan istilah kain mata.

Tenun ikat Ensaid Panjang, beda. Asli lho!
(Rangkaya Bada)

LihatTutupKomentar