In Memoriam Pastor Jacques Maessen, SMM Pejuang Kain Tenun Ikat Dayak Sintang Kalbar, Almarhum Salah Satu Penerima Penghargaan Upakarti 2010
Sintang, - Berita duka, meninggal dunia menghadap Allah di Surga Imam Misionaris Gereja Katolik dari Sarikat Maria Montfortan (SMM), Pastor Jacques Maessen, SMM (Sabtu, 4/5/2024) pukul 15.05 WIB di RSU Santo Antonius Pontianak karena Sakit.
Dari Pontianak menggunakan ambulance, jenasah almarhum yang didampingi Bruder Nikolaus Narimo,SMM tiba di Biara SMM Teluk Menyurai Sintang pada pukul 03.15 WIB, Minggu (5/5/2024). Selama disemayamkan di Biara SMM dilakukan Ibadat arwah , Minggu (5/5/2024) pukul 19.00 WIB dan misa arwah, Senin (6/5/2024) pukul 19.00 WIB.
Riwayat Singakat Hidup Pastor Jacques Maessen, SMM
Melalui Pastor Yohanes Kurniawan Jawa, SMM di Biara Menyurai, diperoleh keterangan singkat riwayat hidup almarhum Pastor Jacques Maessen, SMM.
Lahir pada tanggal 21 Juni 1940 di Hoensbroek, Belanda. Saat itu SMM punya karya parokial di situ, maka dia tertarik untuk masuk SMM. Ia mengikuti jejak kakaknya yang bernama Wil Maessen yang adalah bruder Montfortan. Br. Wil kerja di bagian teknik di seminari kecil Rotselaar, Belgia dan dari tahun 1968-1994 berkarya di Zaïre (Congo). Br. Wil kemudian kembali dari Zaïre dan tahun 2001 meninggal di Leuven, Belgia.
Pastor Jacques Maessen, SMM ikut jejak kakaknya dan masuk novisiat SMM di Meerssen, Belanda. Ia mengucapkan profesi pertama pada tanggal 8 September 1961. Kemudian, dia masuk seminari agung di Oirschot, Belanda. Pastor Jacques Maessen mengikrarkan kaul kekal pada 8 September 1966 dan ditahbis menjadi imam SMM pada 4 Maret 1967 oleh Mgr. J. Bluyssen, uskup di Den Bosch. Di masa skolastikat, ia terkenal sebagai orang teknik yang pandai dengan rekaman dan radio.
Ia ditugaskan menjadi misionaris di Indonesia dan belajar bahasa Indonesia pada 1967-1968 di Yogyakarta. Sesudah itu ia ditugaskan 1968-1982 di Sejiram sekalian mengurus radio yang menghubungkan antar tempat-tempat konfrater berkarya. Almarhum mengikuti tahun Sabatikal di Nijmegen, Belanda dan kembali berkarya di daerah Ng Pinoh pada 1983-1987. Sesudah itu ia ditugaskan di Sintang.
Waktu di Sintang dia bertugas di bagian mass media dan pusat KOBUS (Komunikasi budaya dan Seni) Sintang. Pada tahun 1989, Pater Jacques Maessen sempat ke Manilla yaitu di Asian Soc. Institute. Pada tahun 1994 dia pernah ke Lyon, Perancis dan pada 1996 ke Roma, Italia. Selama ini, Pastor Jaques Maessen,SMM banyak menghabiskan waktunya untuk menangani pastoral sosial budaya “KOBUS,” yang membantu masyarakat agar tidak terlepas dari akar budayanya dan memberdayakan mereka.
Beberapa tahun terakhir, Pastor Jacques Maessen, SMM mengalami gangguan prostat, bahkan pada tahun 2022, sempat ke Pontianak, Jakarta dan Bandung untuk perawatan kesehatannya, sebelum kembali lagi ke Sintang. Pada tanggal 31 Maret 2024, pater Maessen masuk rumah Sakit Umum Sintang dan didiagnosa mengalami gangguan fungsi hati, pembengkakan jantung dan pembekuan darah selain masalah prostat yang sudah lama dideritanya. Pada tanggal 6 April 2024, dia dirujuk ke Rumah Sakit St. Antonius Pontianak dan dirawat disana hampir sebulan.
Pada hari sabtu tanggal 4 Mei 2024, pkl. 15.05 WIB, Pastor Jacques Maessen, SMM dipanggil kembali ke pangkuan Bapa di surga setelah kondisi kesehatannya semakin menurun akibat pembekuan darah dan penurunan fungsi ginjal. Pastor Jacques Maessen, SMM meninggal pada usia 83 tahun setelah 62 tahun hidup berkaul sebagai Imam SMM.
Karya Aktifitas Pastor Jacques Maesssen, SMM
Kabupaten Sintang Provinsi Kalimantan Barat, terkenal dengan tenun ikat Sintang yang sudah mendunia. Bahkan kerajinan tenun yang berasal dari daerah suku Dayak ini juga telah dikenal di beberapa negara besar seperti Amerika Serikat, Belanda, Jerman, Italia serta beberapa negara Eropa lainnya.
Pastor Jacques
Maessen, SMM Menggunakan Jas Kain Tenun Ikat Dayak Sintang Saat Menerima
Penghargaan Upakarti dari Pemerintah RI Tahun 2010 (sumber Antarafoto.com) |
Kain tenun ikat sintang merupakan jenis kain tenun ikat yang dihasilkan oleh masyarakat suku Dayak dari Kalimantan Barat. Tepatnya, berasal dari dua daerah kecil dikabupaten sintang yakni Ensaid panjang dan kawasan Bukit kelam. Dalam sistem kebudayaan leluhur Dayak, tekstil berperan penting dalam kehidupan sehari-hari dan upacara adat. Berdasarkan teknik pewarnaan jenis kain tenun ikat Dayak dapat terbagi menjadi dua macam yaitu, tenun ikat menggunakan pewarnaan kimia (bahan kimia) dan tenun ikat menggunakan pewarnaan alami (tumbuh-tumbuhan).
Dalam proses pewarnaan kain tenun biasanya seorang penenun suku Dayak harus mengenakan kain adat berbentuk tating untuk menghormasti leluhur atau nenek moyang mereka. Banyak motif tenun ikat yang merupakan buatan masyarakat Dayak. Motif paling banyak beredar adalah motif geometris. Beberapa motif adalah motif sakral dan suci. Karena itu, tidak sembarang orang boleh membuatnya. Hanya orang tua yang sudah banyak berpengalaman yang boleh membuat motif tersebut.
Konon jika terjadi kesalahan dalam membuat motif tersebut dapat mengakibatkan kematian. Motif yang sakral biasanya yang menggambarkan mahluk hidup seperti manusia, naga, dan buaya. Mereka percaya motif tersebut juga harus mendapat “makanan”, yakni melakukan ritual khusus dalam proses pembuatannya. Berdasarkan hasil pengerjaan, kain tenun ikat sintang terbagi menjadi dua jenis yakni kebat dan kumbu. Tenun kebat merupakan jenis kain tenun yang berukuran agak kecil dan hanya cukup untuk menjadi busana wanita dan anak-anak. Sedangkan tenun ikat kumbu merupakan kain tenu ikat yang berukuran lebih besar sehingga cukup untuk menjadi bahan pakaian dewasa baik pria, wanita, maupun anak-anak.
Kegiatan menenun yang pengerjaannya oleh kaum wanita Dayak ini sangat berguna dalam menunjang perekonomian keluarga. Padahal sebelumnya kegiatan menenun ini sempat hampir punah. Adalah seorang Pastor asal negara Belanda bernama Jacques Maessen, SMM yang mempunyai andil besar dalam pelestarian tenun ikat Dayak ini. Selama 30 tahun beliau mengajak masyarakat Dayak untuk kembali menenun. Kemudian membentuk sebuah koperasi Jasa Menenun Mandiri yang menjadi usaha bersama dalam penyediaan bahan hingga penjualan hasil tenunan. Tidak hanya itu, Koperasi ini juga mempunyai kegiatan pelestarian menenun pada generasi muda. Kini terdapat sekitar 400 wanita Dayak yang menenun (https://tenun.id/mengenal-tenun-ikat-sintang-kerajinan-khas-kalimantan-barat-yang-mendunia/).
Atas jasa dan karyanya tersebut, Pastor Jacques Maessen,SMM pada tahun 2010 menerima penghargaan Upakarti (jasa bidang industri kategori Jasa Pengabdian) dari Pemerintah Indonesia yang diberikan langsung oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara (Senin,20/12/2010).
Mantan Bupati Sintang Drs. Milton Crosby, M.Si mengatakan (Senin 6/5/2024) bahwa Pastor Jacques Maessen, SMM adalah seorang Misionaris Gereja Katolik yang mempunyai jasa dan andil seperti: Pencinta dan pejuang yang melestari kearifan lokal Dayak, seperti tenun ikat dan pembuatan minuman tradisonal tuak yang digunakan saat Gawai dan ritual adat. Seorang pekerja keras dan tekun, membina ibu-ibu untuk mencintai dan melestarikan tenun ikat Dayak. Almarhum juga bersama Pemda Kabupaten Sintang, berjuang membangun Museum budaya Dayak, Cina dan Melayu sebagai wujud kerjasama Pemda Kab. Sintang dengan Tropen Museum Belanda, selain almarhum pekerja keras dan tulus mengabdikan seluruh hidupnya dan tanpa pamrih untuk berjuang membangun kembali kearifan lokal Dayak khusus Tenun ikat dan wisata budaya. Beliau juga ikut membangun Moseum Kapuas Raya yang berlokasi di Jalan Sintang-Putussibau wilayah Desa Jerora 1 Sintang, Beliau punya andil sangat besar. Jangan lupa sejarah tersebut, semoga apa yang sudah dibuat Pastor Jacques Maessen ini menjadi inspirasi dan spirit bagi generasi muda Dayak untuk terus melestarikan kearifan lokal Dayak Sintang,
Menurut Leni Marlina, S.Sos. M.Si keberadaan Pastor Jack Maessen, SMM dalam aktifitasnya telah banyak memberikan bantuan beasiswa kepada pemuda-pemudi Dayak untuk menempuh pendidikan, susah mencari sosok Misionaris seperti beliau.
Hari ini Selasa (7/5/2024) pukul 10.00 wib. Di Gereja Kristus Raja Katedral Sintang diadakan Misa Requeim yang dipimpin yang mulia Uskup Sintang Mgr.Samuel Oton Sidin, OFM.Cap diikuti 42 Pastor Projo dan Imam SMM, misa Requiem juga dapat diakses melalu live streaming youtube di channel https://www.youtube.com/live/qnFMtrqUH2Y?si=6F6KAjjie9fZ1n3a.
Pastor Jacques Maessen, terima kasih atas kebersamaan dan juga pelayanan pastoral pastor selama berziarah di dunia ini. Semoga Tuhan memberikan tempat yang terbaik bagi pater di sisi-Nya. Terima kasih tak terhingga juga kami sampaikan kepada para konfrater, Gereja keuskupan Sintang, umat, rekan kerja, para pelayan kesehatan, para sahabat dan lain-lain, yang dengan caranya sendiri telah terlibat dalam perawatan kesehatan Pastor Jacques Maessen, SMM terutama pada saat dia dirawat di RSUD Ade M. Joen Sintang dan RSU Santo Antonius Pontianak. Semoga Tuhan memberkati kita semua.
Selamat Jalan Pastor Jack Maessen,SMM, jasamu tetap terpatri dan dikenal masyarakat sintang. (victor emanuel-tembawai kelohkak sintang).